Karunia Tuhan untuk ku, itu kamu
Oleh: Satrio Kumboro
Hari-hari ini teramat panjang dek...
Semenjak kedua batin kita sama menatap
Endapan semara kita tersusun manis menetap
Mempercayai mu, aku kukuhkan akad kita mantap
Dalam persetujuan restu, tinggal bersamamu seatap
Kepadamu dek
Tepikan bimbang
merajut luka berlubang
uluran kasihmu benderang terang
Bila ada tanya
Dimana aku jumpai karunia Tuhan?
Aku jumpainya di usapan jari jemari istriku, kamu dek
Bila ombak alunannya menepis
Dimana sepadan dahsyat sejuknya
Aku rasai sejuknya, pada kecupan murni istriku, kamu dek
Bila kau dapati sebongkah permata di sukma ku
Itu pendaran nya menjelma pesona istriku, yakni kamu dek
Hari ini tepat ultah mu dek
Hari yang membawa usia mu
pada angka dua puluh tujuh
Usia yang melambungkan asa
dan bejibun doa dariku
Ya semoga kau tumbuhkan seputik syukur
Ihwal apa yang kita arungi bersama
Yang pernah kelam memang tangisan
Yang telah lampau memang kenangan
Yang sedang kita perjuangkan
Semoga menggenggam kebahagiaan
Maaf ini puisi ku pertama
Aku persembahkan buatmu yang utama
Penyingkapan katanya sederhana
Ku pilih dari berbagai kamus jiwa
Sedikit saja yang mewakili
Terlebih nya gubahan rasa ku memendam
Tertumpah sedemikian saja
Tanpa rencana tertulis sajak
Ini bukanlah pilihan sajak-sajak pujangga
Dan bukanlah dari segala bahasa
Apalagi ungkapan segala
Berpilin terus tersusun aliri denyut nadi
Hingga berbait dan larik teresapi
Menjadi kado kalimat di hari perayaan mu
Namun aku sadari
Dari segenap puisi yang ada
Ya puisi paling jujur
Adalah yang menerawang kedalaman jiwa
Dan itu tak cukup bila ku tampung di sehelai kertas
Untuk mu...
Sebuah kata cinta akan berwibawa
Bila sudah menjelma perbuatan
Dan dek ini hanyalah satu lembaran
Kala aku kepada mu makin kasmaran
Ini ku akhiri menjelang perayaan mu
Cinta dan nyawa ku mendasari mu
Cerita dan kisah tertambat
Untukmu, sebuah sekar dari hakikat
Yang menebar kasih, tembus melekat
Dalam sanubari ku lekap
Yogyakarta, 13 November 2018
Hari-hari ini teramat panjang dek...
Semenjak kedua batin kita sama menatap
Endapan semara kita tersusun manis menetap
Mempercayai mu, aku kukuhkan akad kita mantap
Dalam persetujuan restu, tinggal bersamamu seatap
Kepadamu dek
Tepikan bimbang
merajut luka berlubang
uluran kasihmu benderang terang
Bila ada tanya
Dimana aku jumpai karunia Tuhan?
Aku jumpainya di usapan jari jemari istriku, kamu dek
Bila ombak alunannya menepis
Dimana sepadan dahsyat sejuknya
Aku rasai sejuknya, pada kecupan murni istriku, kamu dek
Bila kau dapati sebongkah permata di sukma ku
Itu pendaran nya menjelma pesona istriku, yakni kamu dek
Hari ini tepat ultah mu dek
Hari yang membawa usia mu
pada angka dua puluh tujuh
Usia yang melambungkan asa
dan bejibun doa dariku
Ya semoga kau tumbuhkan seputik syukur
Ihwal apa yang kita arungi bersama
Yang pernah kelam memang tangisan
Yang telah lampau memang kenangan
Yang sedang kita perjuangkan
Semoga menggenggam kebahagiaan
Maaf ini puisi ku pertama
Aku persembahkan buatmu yang utama
Penyingkapan katanya sederhana
Ku pilih dari berbagai kamus jiwa
Sedikit saja yang mewakili
Terlebih nya gubahan rasa ku memendam
Tertumpah sedemikian saja
Tanpa rencana tertulis sajak
Ini bukanlah pilihan sajak-sajak pujangga
Dan bukanlah dari segala bahasa
Apalagi ungkapan segala
Berpilin terus tersusun aliri denyut nadi
Hingga berbait dan larik teresapi
Menjadi kado kalimat di hari perayaan mu
Namun aku sadari
Dari segenap puisi yang ada
Ya puisi paling jujur
Adalah yang menerawang kedalaman jiwa
Dan itu tak cukup bila ku tampung di sehelai kertas
Untuk mu...
Sebuah kata cinta akan berwibawa
Bila sudah menjelma perbuatan
Dan dek ini hanyalah satu lembaran
Kala aku kepada mu makin kasmaran
Ini ku akhiri menjelang perayaan mu
Cinta dan nyawa ku mendasari mu
Cerita dan kisah tertambat
Untukmu, sebuah sekar dari hakikat
Yang menebar kasih, tembus melekat
Dalam sanubari ku lekap
Yogyakarta, 13 November 2018
Komentar
Posting Komentar