Kenopsia
Oleh: Satrio Kumboro
Cakrawala sore menyembul swastamita
Matahari tergulung redup remang biasa
Di pantai berbukit
Kita berdua mengamati nelayan berpasang rakit
Disebelah kiri ku
Kepala mu bersandar malu di pundak
Menepikan lelah dan bertatap mata
Warna kelopak mu menyorot kelip hening
Nafas mu mengudara sepi
Melebihi bisu
Tiada riuh
Kecuali dentum ombak menyamarkan kristal-kristal pasir coklat
Di bawah telapak kaki kita
Dengan sorot tajam bertukar pandang
Ku tahu, kau meminta itu
Bibirmu terbuka sedang
Nafas kita berhembus sengal beradu
Dan nyanyian sedu pantai memecah harmonika semesta
Nada melambai santai
Sedikit kata
Padat prasangka
Siapa aku kau anggap?
Dari mana sebenarnya aku olehmu terserap
Buih-buih angin yang menjadi cinta dan tangis air mata
Berasal dari segenggam degap dada mu
Menyentuh tangan ku
Mengatakan ini cinta
Bukan humor gurau belaka
Memang kita tersatukan oleh rasa penasaran dari kesamaan nasib
Di jodohkan sunyi nyenyat asmara akan pergumulan laki-laki & wanita
Cerita bercermin derita
Mengalun senda gurau
Menganyam kelakar bersanding ceracau
Ya hidup memang jemu
Tapi kita setuju
Selalu tradisi lisan hikayat kan
drama lelaki dan wanita
Persoalan mesra meski akhir nya maut pula menamatkan
Masa muda
Masa jejaka
Masa tua
Soal kita
Sekali lagi, laki-laki dan wanita
Persoalan kita
Lidah-lidah angin bersemilir dari mulut pantai
Menyambut senyum mu
Kemudian menyeka keringatmu
Ada dua hempasan angin
Berhembus kencang mencubit kening mu
Aku berpura-pura malu
Mencuri sun
Memohon cinta mu
Berharap ini cinta
Bukan saja kata-kata
Dan ketika perahu nelayan tua tiba di dermaga kusam
Sontak kita agak terkesiap masam
Sudahlah, ayo tuntaskan dendam kasmaran yang ada
Mumpung cuaca dingin menagih raga
Sejam berterus terang, gemilangkan malam, mengerubut penat badan
Ain, Jangan merasa sendiri
Sia-sia oleh sepi
Selama ada aku
Sesanggupku ada upaya ku untuk mu bahagia
Meski humorku tak sebanding duka mu
Ada usaha ku buatmu tertawa
Wirobrajan, 28 Desember 2020
Komentar
Posting Komentar