Sehimpun Kalbu
Malam ini aku memotong waktu seringkas mungkin. Menulis puisi untuk mu, berjudul damai mu sertai ku. Aku terkenang kau yg sudah fana. Satu-satu-nya perempuan yang mau membaca puisi ku, dengan bibir yg kering pecah2 akibat lara, dengan tubuhmu yg kurus dan jemari yg kecil.. kau bacai sajak2 ku dgn bunyi serak menahan sendu. Sungguh lembut hati manusia yang berani menulis puisi.. dia bukan benda-benda, meski sastra hal sulit. Kau dek, bukan atribut status sosial, kau abadi sebagai sajakku.
Bangunjiwo, 9 September 2020
Komentar
Posting Komentar