Pernah Terkoyak
Meratap di tembok-tembok tua yang dingin di hajar musim ketiga
Sedang kau rutin berbulan madu
Menikmati kasur taman surga yang becek oleh sperma tuan mu
Kau bebas berkelana memainkan tubuh dengan siapa pun
Aku bisu memahami nya karena bagi mu tak ada cinta lama apalagi cinta-cintaan tanggung
Bagi mu sudah tak ada lagi itu cinta mesra
Karena wajah pipi dan bibirmu bergelimang gelombang nista
Padahal sering kali kau bisikkan pada ku
Kalau cinta itu deras nya melebihi peluk dan kecup
Di pertemuan ku dengan mu kali ini
Di hari lamat-lamat tepat jam empat pagi
Ku tengok kau menatap arloji mu
Merampas detak detik jam di kaca nya
Membanting nya hingga pecah jadi kepingan-kepingan tangis
Jarum arloji berubah jadi hati mu yang pernah terkoyak
Aku terkesiap mengelak
Namun turut serta berdecak
Kita terpenjara di antara harap dan cemas berikut nya insyaf, kita adalah percikan-percikan hilang tak berjejak
Di persembunyian kelopak mata mu
Terpendam kecewa dan sesal
Sama sepertiku kau menyimpan itu dalam tatapan pejal
Uh, ini hari kita bicara kosong saja
Terhenti sewaktu bimbang menjamu
Sampai pagi tiba waktu berbunga
Aku dan kamu hanya ada kita di dunia hampa
Bersetubuh dengan protein dan air mata
Riuh rendah tak tentu
Di dada mu kurasa itu
Aku memberi mu cinta pernah terluka
Mau kah kau terima ini?
Yang luka namun tulus membujur lurus
Mengapa kita tak pernah jadi sepasang kekasih? Tanya mu kemarin meminta
Aku bergeming, kau sedikit memaksa jawab dari desakan tanya
Bukannya langit mu dan pesisir pantai di situ kau dan aku mati suri pernah berbalasan iya sekata? balas tanya ku pada mu
Kita telah mendapati di sebelah pihak masing-masing
Memang, cinta ialah racun yang menghidupkan!
Terima! kalau begitu benarnya
Meski terbatas dan tak tertempuh akad abadi
Ku berikan seluruh warna hidupku untukmu!
Nitipuran, 4 Mei 2019
Komentar
Posting Komentar